banner 728x250

IHSG Rontok! Saham-Saham Ini Jadi Biang Kerok

IHSG Rontok! Saham-Saham Ini Jadi Biang Kerok
banner 120x600
banner 468x60

PORTALTOPIC  – BREAKING! IHSG Ambruk 1,77%, Deretan Saham Ini Jadi Pemberat

Pada perdagangan hari ini, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami koreksi tajam sebesar 1,77%, ditutup di level 6.629,87. Ini menjadi penurunan harian terbesar dalam sebulan terakhir. Dari total saham yang diperdagangkan, sebanyak 408 saham mengalami pelemahan, sementara hanya 120 saham yang mencatatkan kenaikan.

Pelemahan ini dipicu oleh aksi jual besar-besaran yang dilakukan investor, terutama pada saham-saham berkapitalisasi besar. Sektor perbankan menjadi salah satu sektor yang paling tertekan, dengan saham PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) dan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) mengalami koreksi signifikan. Selain itu, saham PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) juga ikut membebani indeks.

banner 325x300

Tekanan ini tak hanya terjadi pada sektor perbankan dan energi, tetapi juga merambat ke sektor properti dan infrastruktur. Sentimen negatif yang melanda pasar turut dipengaruhi oleh faktor eksternal dan domestik, termasuk kondisi ekonomi global serta ketidakpastian kebijakan pemerintah.

Sektor Perbankan Jadi Beban Terberat IHSG

Sektor perbankan menjadi kontributor utama dalam kejatuhan IHSG hari ini. Saham PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) turun hingga 5,05%, memberikan tekanan sebesar 24,57 poin terhadap indeks.

Selain itu, saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) melemah 3,76%, diikuti oleh PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) yang turun 3,13%. Secara kumulatif, ketiga saham perbankan ini menyumbang lebih dari 42 poin terhadap pelemahan IHSG.

Penurunan ini dipicu oleh aksi jual asing yang mencapai Rp1,13 triliun di sektor perbankan. Kekhawatiran akan perlambatan pertumbuhan kredit serta meningkatnya risiko kredit macet menjadi faktor utama yang mendorong investor melepas saham bank-bank besar.

Saham Energi Ikut Menekan IHSG

Saham sektor energi juga menjadi pemberat bagi pergerakan indeks. PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) menjadi salah satu saham yang mengalami tekanan paling dalam.

Dalam sepekan terakhir, harga saham BREN merosot hingga 12,46%. Saham ini menjadi salah satu kontributor utama pelemahan indeks dengan menyumbang penurunan sebesar 33,72 poin.

Pelemahan ini terjadi akibat volatilitas harga energi global serta sentimen negatif terhadap industri energi terbarukan di Indonesia. Investor mulai khawatir terhadap prospek perusahaan energi di tengah kebijakan pemerintah yang dinilai masih kurang mendukung pertumbuhan sektor ini.

Sektor Properti dan Infrastruktur Juga Terseret

Sektor properti dan infrastruktur tak luput dari tekanan jual. Saham PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA) dan PT Ciputra Development Tbk (CTRA) mengalami koreksi signifikan seiring dengan pesimisme terhadap prospek pertumbuhan sektor ini.

Investor mulai mengurangi eksposur terhadap saham properti akibat kekhawatiran terhadap perlambatan ekonomi, kenaikan suku bunga, serta ketidakpastian kebijakan di sektor infrastruktur.

Di sisi lain, sektor konstruksi juga mengalami tekanan akibat sentimen negatif terhadap proyek-proyek pemerintah yang mengalami penundaan.

Aksi Jual Investor Asing Jadi Pemicu Utama

Investor asing menjadi salah satu faktor utama yang menyebabkan tekanan besar pada IHSG. Dalam sepekan terakhir, investor asing mencatatkan aksi jual bersih (net sell) sebesar Rp3 triliun.

Sejak awal tahun, total net sell asing telah mencapai Rp10,52 triliun. Tekanan ini dipicu oleh berbagai faktor, termasuk ketidakpastian ekonomi global, fluktuasi nilai tukar rupiah, serta potensi kenaikan suku bunga di Amerika Serikat.

Selain itu, investor asing juga mulai mengalihkan portofolionya ke pasar lain yang dianggap lebih stabil dan memiliki potensi keuntungan lebih tinggi dalam jangka pendek.

Bagaimana Prospek IHSG ke Depan?

Dengan melihat tren yang terjadi, IHSG masih berpotensi mengalami volatilitas tinggi dalam beberapa pekan ke depan. Beberapa faktor yang harus diperhatikan oleh investor antara lain:

  1. Dinamika ekonomi global, terutama terkait kebijakan suku bunga bank sentral Amerika Serikat (The Fed).
  2. Sentimen domestik, termasuk kebijakan fiskal dan moneter pemerintah Indonesia.
  3. Kinerja emiten, terutama sektor perbankan, energi, dan infrastruktur yang saat ini sedang tertekan.

Investor disarankan untuk lebih selektif dalam memilih saham dan mempertimbangkan strategi diversifikasi untuk mengurangi risiko. Fokus pada saham dengan fundamental kuat dan prospek jangka panjang yang lebih stabil bisa menjadi pilihan dalam menghadapi kondisi pasar saat ini.

banner 325x300

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *